Pernah saya dengar dan saya baca sebuah kata bijak yang sangat bermakna " Kesengsaraan adalah batu uji yang sejati bagi manusia". betapa tidak karena nasib seseoarang berbeda -beda dan cara menyelesaikan masalahpun juga berbeda-beda. Adakalanya dalam kehidupan ini orang yang selalu bahagia karena hidup yang selalu berkecukupan, Sebaliknya ada yang selalu susah karena hidup selalu dalam kekurangan. Romantika hidup memang seperti itu. Keadilan Tuhan yang diberikan kepada kita, kita tidak tahu. Kalau yang kita rasa susah bukan Allah tidak sayang terhadap kita, sebaliknya yang diberikan kebahagiaan. Yang pasti dan harus kita hadapi adalah menerima dengan ikhlas apa yang sudah Allah berikan kepada kita, baik susah maupun bahagia. kita kita harus tunjukkan jiwa yang bersyukur.
Saya tidak berusaha untuk menjadi ahli atau guru, tapi apa yg ada
dipikiran, bagaimana saya memahami dan menerapkannya itu yang saya
percayai, kenapa? karena bagaimana mungkin anda tau rasanya kalau anda
belum mencobanya dan bagaimana mungkin Anda tau kebenarannya kalau Anda
belum menjalaninya..
Kalau kita mengejar kebahagiaan seakan besok,,,besook,, bahagia itu akan tiba. sebenarnya kebahagiaan itu menurut saya ya saat ini harus kita ucapkan kita bahagia, dengan rasa syukur kita. Berapa usia kita saat ini?. Terkadang saya membayangkan orang disekitar kita ada yang sakit, bahkan mereka tak kurang suatu apa dalam arti materi. mau makan enakpun sudah ditahan karena penyakit yang dideritanya. ia berfikir seakan besuk akan sembuh,, besuk akan sembuh. ternyata semakin memburuk dan ajalpun sudah dahulu menjemputnya, Inna Lillaahi Wa'inna Ilaihi rooji'uun.
Rasa syukur adalah yang pertama yang harus kita tanamkan dan kita patri kuat. Apapun yang Allah berikan kepada kita. Dan kita selalu khusnudlon, ini adalah yang terbaik dalam kehidupan kita. Menjalani kehidupan dengan penuh ikhlas, Insya Allah hidup menjadi Indah dan bermakna dibanding harus mengejar keinginan - keinginan yang belum tentu terwujud. Memang mengejar cita- cita, keinginan dan kebahagiaan itu harus ada, karena kita adalah sebagai hamba yang masih diberikan nafsu - nafsu duniawi. Namun sandaran kita hanyalah satu Allah Azza Wajalla..
Agiels, 1415 H
Agiels, 1415 H
