Selasa, 12 November 2013

SAAT USIA SEMAKIN TERKIKIS





Batang pohon yang kokoh pun semakin lama rapuh terkikis dimakan usia,
Batu yang cadas pun kan berganti kapur karena termakan usia,
Betapa lagi Manusia yang hanya berbalut kulit lemah kan renta dimakan usia,
Tidak ada usia yang abadi semua pasti sirna, yang ada hanyalah sisa waktu yang berharga,

“Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)

Berkahnya saat usia seakan ditambah dan dipanjangkan, walau ia hanyalah sebuah perjalanan dalam menjalani usia yang telah ditakdirkan,
Beruntungnya sebagai hamba yang hanya diberi iman untuk meyakini datangnya takdir, karena ia bisa manfaatkan waktu-waktunya yang berharga,
Allah masih memberi kita waktu,,

Di saat usia semakin terkikis, Dia berikan kesempatan waktu yang berharga, agar kita beroleh keberkahan disetiap detik-detik sisa usia kita,

10 Muharrom 1435 H.

KEBERKAHAN HIDUP




“Dan berdoalah, ‘Ya Rabb, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.” (QS Al Mukminun [23]:29)

Seorang teman pernah bertanya, “Apakah yang paling engkau takutkan dalam hidupmu?” dengan gamblang hamba Allah tersebut menjawab, “Aku takut akan lambatnya pertolongan Allah!” Teman itu menampakkan raut wajah keheranan yang membutuhkan sebuah penjelasan lebih lanjut. “Kenapa begitu? Bukankah engkau memiliki tanggungan istri dan anak-anak yang harus dicukupi kebutuhannya? Engkau lebih pantas untuk takut jikalau kebutuhan mereka tidak dapat terpenuhi?”

Hamba Allah tersebut tersenyum seraya menjawab, “Kesempitan dan kesusahan adalah keniscayaan bagi kita hamba Allah, sama halnya dengan kelapangan dan kebahagiaan karena semua hal itu adalah ujian dari Allah yang datang silih berganti. Untuk apa harus ditakuti? Sebahagian besar penderitaan yang kita hadapi lebih sering merupakan dramatisasi dari perasaan yang kita buat. Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Allah Azza wa Jalla tidak akan pernah menguji manusia diluar dari batas kemampuannya. Manusia selalu berkeluh kesah dan bersedih seolah-olah dirinya yang paling merugi hidup di dunia ini.”

Hamba Allah tersebut melanjutkan, “Bukankah pertolongan Allah amat kita harapkan disaat kita menjalani kesulitan hidup agar Allah memberi kelapangan kepada kita. Demikian juga di saat kita sedih, kita membutuhkan pertolongan Allah agar dapat merasa bahagia kembali….Jangan pernah takut sebesar apa masalah yang sedang dihadapi, tapi takutlah kalau-kalau Allah tidak menolong kita!”

Ayat diatas adalah perintah Allah kepada Nabi Nuh alaihisalam untuk berdoa ketika memasuki kapal yang akan bertolak membawa dirinya dan umatnya yang hanya segelintir orang. Allah berkenan mengazab umat nabi Nuh alaihisalam yang ingkar kepada-Nya.
Ada sebuah kata yang indah dalam doa ini yaitu ‘tempat yang diberkahi’ yang berarti sebuah pengharapan akan kehidupan yang lebih baik kelak dimana kapal nabi Nuh alaihisalam dan pengikut-pengikutnya berlabuh. Sebuah pengharapan akan kehidupan yang menentramkan dan dekat dengan pertolongan Allah. Jauh dari rasa gelisah dan huru-hara kehidupan yang melalaikan.
Jika kita merenung, bukankah doa ini sangat relevan dengan keadaan kita saat ini? Dan memiliki korelasi yang sangat erat dengan pernyataan ‘hamba Allah’ diatas yang amat sangat takut akan jauh nya ‘dirinya’ dari pertolongan Allah?
Dalam kehidupan kita saat ini, kita merasakan kegelisahan yang amat sangat di setiap belahan waktu yang kita lalui. Kita cemas akan mushibah yang sewaktu-waktu dapat terjadi disaat alam tempat kita menghela nafas telah jauh dari bersahabat. Kita was-was disaat kejahatan dan pelecehan dapat terjadi kapan saja.

Keberkahan hidup adalah sebuah jawaban dari apa yang kita butuhkan. Dan keberkahan hidup meliputi ketentraman hati dan pertolongan Allah yang dekat sehingga sebesar apapun masalah yang sedang kita hadapi dalam kehidupan ini, tidak akan pernah sedikitpun merisaukan kita.***

10 Muharrom 1435 H.

KETIKA MATA HATI TERBUKA


http://masaabuzahra.files.wordpress.com/2011/11/mata_hati.jpg 

Sepanjang perjalanan hati, 
banyak sudah lewati hari-hari dengan berbagai macam suasana hati. 
Di saat hati ini mati - ketika suasana hati yang marah, tidak penyabar, bodoh, egois, jauh dari ketaatan dan nilai-nilai kebaikan, bahkan tidak dapat menerima kebenara.
Di saat hati ini sakit - ketika suasana hati bercampur aduk diantara kebaikan dan keburukan. Kadang banyak memikirkan dan melakukan kebaikan-kebaikan itu, kadang lebih banyak terdiam tanpa berbuat sesuatu dan bahkan kadang lebih sering melakukan keburukan-keburukan.

Aku tidak mengatakan bahwa hati ini telah sehat dari hati yang mati dan sakit, namun aku meyakini ketika mata hati kita terbuka maka hati yang mati dan sakit dapat menjadi hati yang sehat, yaitu tatkala suasana hati yang sabar, yang taat, yang ingin selalu belajar, dan yang mau menerima kebenaran-kebenara.

Aku selalu ingin memahami dan beramal sempurna dengan hadits ini,
“Ketahuilah di dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.” [HR. Bukhari, Muslim]

Ketika mata hati terbuka,
Bukan lagi keinginan yang kita inginkan, tapi kenyataan yang harus kita lakukan

Dan ketika mata hati terbuka,
Aku menginginkan banyak menjumpai kebaikan demi kebaikan di sisa-sisa hari dan waktu-waktu yang telah Allah berikan
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” {QS. Al Hajj (22) : 46}