Dari sowan kepada Al- Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan*28 Maret
2017. bersama Radio Nuansa Fm Bojonegoro.
Kalau ingin cepat terkabul hajatnya kuncinya yg LOMAN / Dermawan
Jaga aqidah ahlus sunah wal jama'ah, yg diwadahi di NU, dulu mbah Hasyim Asy'ari
sebelum mendirikan NU terkebih dahulu sowan kepada Habib Hasyim bin umar bin
Yahya ( kakek Habib Luthfi), & kpd Syaikhona Kholil Bangkalan, setelah kedua ulama
tsb memberikan isyarah utk " Terus" maka Mbah Hasyim Asy'ari kemudian
mewujudkannya bersama sahabat2 beliau
Artinya NU penuh dgn isyarah2 baik dari ulama2 besar.
Kalau hadiah fatihah jgn lupa menyebut ulama2 NU yg telah wafat terutama para
pendirinya
Hadiah Fatihah itu kalau bisa ditafshil ( sebut namanya satu, satu, jgn diglobal.
Kalau ada tokoh lain daerah yg wafat, bacakan tahlil & Ajak orang2 walaupun hanya 10
atau 15 menit, utk kerukunan , kebersaman & persatuan kita.
Budaya NU jgn sampe luntur, Tahlil, Manaqib, maulid dll, lewat acara2 tsb kita
menyatukan umat, & supaya terus tersambung dgn guru2 kita, inilah yg dilakukan para
sesepuh
( membuat pandai umat itu lebih mudah daripada menyatukan mereka)
mhn maaf apabila ada kesalahan
smg bermanfaat. Aamiin,
intisari petuah yang disampaikan kepada kami se-rombongan.
(Ust. Ach. Ruhani)
Selasa, 29 Agustus 2017
Kamis, 24 Agustus 2017
Kisah Kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Dirampok
Sahabat, mari kita belajar dari Kisah Kejujuran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Saat Dirampok , Suatu hari Abdul Qadir yang masih belia meminta izin ibundanya untuk pergi ke kota Bagdad. Bocah ini ingin sekali mengunjungi rumah orang-orang saleh di sana dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari mereka.
Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir.
“Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir.
Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah.
Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?”
“Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos.
“Di mana kamu meletakkannya?”
“Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”
Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu.
Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja.
Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya.
“Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu.
“Empat puluh dinar.”
“Di mana empat puluh dinar itu sekarang?”
“Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”
Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin.
“Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?”
“Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir.
Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.”
Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal.
Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani. (Mahbib)
Diambil dari rubrik hikmah NU.Or.id
Sang ibunda merestui. Diberikanlah kepada Abdul Qadir empat puluh dinar sebagai bekal perjalanan. Agar aman, uang disimpan di sebuah saku yang sengaja dibuat di posisi bawah ketiak. Sang ibunda tak lupa berpesan kepada Abdul Qadir untuk senantiasa berkata benar dalam setiap keadaan. Ia perhatikan betul pesan tersebut, lalu ia keluar dengan mengucapkan salam terakhir.
“Pergilah, aku sudah menitipkan keselamatanmu pada Allah agar kamu memperoleh pemeliharaan-Nya,” pinta ibunda Abdul Qadir.
Bocah pemberani itu pun pergi bersama rombongan kafilah unta yang juga sedang menuju ke kota Bagdad. Ketika melintasi suatu tempat bernama Hamdan, tiba-tiba enam puluh orang pengendara kuda menghampiri lalu merampas seluruh harta rombongan kafilah.
Yang unik, tak satu pun dari perampok itu menghampiri Abdul Qadir. Hingga akhirnya salah seorang dari mereka mencoba bertanya kepadanya, “Hai orang fakir, apa yang kamu bawa?”
“Aku membawa empat puluh dinar,” jawab Abdul Qadir polos.
“Di mana kamu meletakkannya?”
“Aku letakkan di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”
Perampok itu tak percaya dan mengira Abdul Qadir sedang meledeknya. Ia meninggalkan bocah laki-laki itu.
Selang beberapa saat, datang lagi salah satu anggota mereka yang melontarkan pertanyaan yang sama. Abdul Qadir kembali menjawab dengan apa adanya. Lagi-lagi, perkataan jujurnya tak mendapat respon serius dan si perampok ngelonyor pergi begitu saja.
Pemimpin gerombolan perampok tersebut heran ketika dua anak buahnya menceritakan jawaban Abdul Qadir. “Panggil Abdul Qadir ke sini!” Perintahnya.
“Apa yang kamu bawa?” Tanya kepala perampok itu.
“Empat puluh dinar.”
“Di mana empat puluh dinar itu sekarang?”
“Ada di saku yang terjahit rapat di bawah ketiakku.”
Benar. Setelah kepala perampok memerintah para anak buah menggledah ketiak Abdul Qadir, ditemukanlah uang sebanyak empat puluh dinar. Sikap Abdul Qadir itu membuat para perampok geleng-geleng kepala. Seandainya ia berbohong, para perampok tak akan tahu apalagi penampilan Abdul Qadir saat itu amat sederhana layaknya orang miskin.
“Apa yang mendorongmu mengaku dengan sebenarnya?”
“Ibuku memerintahkan untuk berkata benar. Aku tak berani durhaka kepadanya,” jawab Abdul Qadir.
Pemimpin perampok itu menangis, seperti sedang dihantam rasa penyesalan yang mendalam. “Engkau tidak berani ingkar terhadap janji ibumu, sedangkan aku sudah bertahun-tahun mengingkari janji Tuhanku.”
Dedengkot perampok itu pun menyatakan tobat di hadapan Abdul Qadir, bocah kecil yang kelak namanya harum di mata dunia sebagai Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Drama pertobatan ini lantas diikuti para anak buah si pemimpin perampok secara massal.
Kisah ini diceritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari, yang mengutip cerita dari al-Yafi’i, dari Abu Abdillah Muhammad bin Muqatil, dari Syekh abdul Qadir al-Jailani. (Mahbib)
Diambil dari rubrik hikmah NU.Or.id
Sabtu, 19 Agustus 2017
Kelemahan dan Kelebihan FULL DAY SCHOOL
Beberapa bulan terahir ini, dunia pendidikan dihebohkan dengan kebijakan pemerintah yakni FULL DAY SCHOOL, tanggapan masyarakat yang beragam mewarnai kebijakan tersebut. Antara yang pro dan kontra, karena setiap kebijakan baru didunia pendidikan pasti ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Nah disini ada sisi positifnya tentang kebijakan dan alasan - alasan tentang hal tersebut. Tapi disisi lain saya memandang bagaimana nasib para pengajar ngaji yang dikampung - kampung termasuk guru TPA/TPQ/Diniyah dll.

Baharudin (2010: 223-224) menjelaskan ada berbagai alasan orang tua memilih full day school sebagai pendidikan anaknya, antara lain:
Banyaknya orangtua tunggal dan padatnya aktivitas orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas anak setelah pulang dari sekolah;
Perubahan sosial-budaya yang terjadi di masyarakat (dari masyarakat agraris menuju ke masyarakat industri) yang mempengaruhi pola pikir dan cara pandangnya;
Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga jika tidak dicermati, maka dapat menjadi korban teknologi komunikasi.
Baharudin (2010: 225) menyatakan bahwa “konsep pengembangan dan inovasi pembelajaran sistem full day school didesain untuk mengembangkan kreativitas anak mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Full day school memiliki keunggulan dan beberapa nilai plus diantaranya: Anak memperoleh pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan;
Anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi;
Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah;
Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan konseling.
Baharudin (2010: 226) menyatakan bahwa full day school juga memiliki kelebihan yang membuat para orang tua tidak khawatir dengan anaknya, yakni:
Pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama;
Anak dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional;
Adanya perpustakaan yang nyaman dan representative sehingga membantu peningkatan prestasi belajar anak; Siswa mendapat pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa makan, doa-doa harian, dan lain-lain).
Hasan (2006: 114-115) menyatakan bahwa “sistem full day school lebih memungkinkan terwujudnya pendidikan utuh meliputi tiga bidang yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Full day school lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan efektivitas proses edukasi. Siswa lebih mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan visi dan misi sekolah, sebab aktivitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak awal sudah diarahkan. Kuswandi (2012) dalam Azizah (2014: 16) menyatakan bahwa ‘full day school memberikan efek positif karena anak-anak akan lebih banyak belajar dari pada bermain yang bermuara pada produktivitas tinggi, siswa menunjukkan sikap yang lebih positif, terhindar dari penyimpangan karena seharian berada di kelas dan dalam pengawasan guru’.
Namun demikian, Hasan (2006: 116) mengungkapkan sistem pembelajaran model full day school ini tidak terlepas dari kelemahan atau kekurangan antara lain:
Sistem full day school acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik fisik, psikologis, maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam batas tertentu akan meyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun bagi mereka yang telah siap, hal tersebut bukan suatu masalah, tetapi justru akan mendatangkan keasyikan tersendiri, oleh karenanya kejelian dan improvisasi pengelolaan dalam hal ini sangat dibutuhkan. Keahlian dalam merancang full day school sehingga tidak membosankan.
Sistem full day school memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen bagi pengelola, agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan yang berpola full day school berlangsung optimal, sangat dibutuhkan perhatian dan curahan pemikiran terlebih dari pengelolaannya, bahkan pengorbanan baik fisik, psikologis, material dan lainnya. Tanpa hal demikian, full day school tidak akan mencapai hasil optimal bahkan boleh jadi hanya sekedar rutinitas yang tanpa makna.
Berdasarkan paparan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keunggulan full day school yakni para peserta didik diberikan pendidikan secara umum sebagaimana sekolah dasar konvensional lainnya untuk mengantisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Peserta didik mendapatkan pendidikan utuh meliputi tiga ranah yakni kognitif, afektif, psikomotorik. Peserta didik mendapat pelajaran dan bimbingan ibadah praktis (doa makan, doa-doa harian, dan lain-lain).
Keunggulan full day school lainnya adalah anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan perpustakaan yang representative. Serta potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah. Namun demikian, sistem pembelajaran model full day school ini tidak terlepas dari kelemahan atau kekurangan yang didapati. Tapi yang terpenting adalah dari beberapa kekurangan dan kelemahan itu bisa dijadikan bahan refleksi dan evaluasi untuk terus memperbaiki dan mengembangkan sistem full day school untuk mendapatkan keunggulan full day school.
sumber, http://silabus.org/keunggulan-full-day-school/
sumber, http://silabus.org/keunggulan-full-day-school/
Selasa, 01 Agustus 2017
Selamat Ulang Tahun Istriku tercinta.
Melodi cinta yang indah,
“bila si dia berpolah, ku tak pernah marah, bila si dia yang
marah, itu hanya manja, saying supaya disayang sayang, inginnya disayang..
Dalam liku bercinta, terdapat tempat duka, itu bunga bahagia
derita dalam lembaran cinta, walau sakit terasa, itu
garamnya cinta
yang menambah nambah kasih saying dan keindahan…..he he.
Sekian lama kau mendampingiku dalam suka maupun duka.
Pengorbanan seorang guru PAUD/RA saya merasakan begitu beratnya. Dari mulai bangun pagi, sampai beranjak tidur kembali. Selain menunaikan kewajiban seorang istri dan keluarga untuk menyiapkan sarapan pagi anak-anak. Selain tugas sehari – hari jika hendak berangkat mencuci pakian dan lain sebagainya. Dalam menjalankan ke-istiqomahanya, setiap hari si istri bangun duluan sekira jam 3 meskipun suami dan anak masih tertidur lelap. Tak lupa untuk memanjatkan do’a – do’a untuk keluarga, anak – anak serta anak didiknya yang masih PAUD/RA dan murid-muridnya.
Merupakan tugas berat seorang guru PAUD/RA, akan tanggung
jawab “ngemong” anak – anak sebagai generasi penerus agama, bangsa dan Negara.
Sekaligus tanggung jawabnya dalam mengemban amanat yang diberikan Allah kepada
kita.
Cita – cita seorang guru yang sanagat besar. Untuk mewujudkan anak-anak yang diasuh, diajar dan
dibimbing akan menjadi insan-insan yang dapat menumbuhkan akhlaq dan
peribadi yang dikehendaki Islam selaras dengan Al-Quran dan Sunnah.
Terkadang,
bermacam cerita yang menimpa anak didiknya. Diantaranya
membersihkan saat murid buang air, kencing dicelana, hidungnya yang mbeleer
merusakkan mainan – mainan, menangis yang susah dihentikan dan bermacam-macam
lagi kejadian yang melibatkan murid,
wali murid dan guru. Walau
sebenarnya diusia dini ini, peran orang
tua dirumah harus ektra untuk membimbang dan mendidik anak – anak. Kalau
disekolahan sepenuhnya adalah tugas guru.
Saya pribadi sebagai
seoarang suami yang kebetulan mempunyai istri
seorang guru PAUD/RA ikut andil dalam mengerjakan tugas – tugas lain yang sekiranya istri tidak mampu untuk
mengerjakanya. Termasuk menulis, membuat mainan, gambar – gambar juga termasuk
alat – alat peraga yang lain. Demi anak didik tercinta disekolahnya. Saya
selalu mendukung dari awal menjadi seorang pendidik, yakni seoarang guru PAUD/RA. Sejak tahun 1995-1996 sekaligus kami
berdua membina rumah tangga saat itu.
Gaji Guru PAUT/ RA.
Di era seperti tahun ini, mungkin kita sendiri semua tahu,
bahwa gaji seoarng guru serta kemakmuranya, apalagi ditunjang sertifikasi, gaji
ke 13 jika guru negeri dan lain – lain.
Untuk mendukung istri dalam mengamalkan ilmunya saat itu
gaji guru maaf, tidak seberapa. Namun untuk membesarkan hatinya saya katakan”
aku sing mbayari” saya yang membayarmu ibaratnya seperti itu bila harus
menuntut gaji, asal terus bisa bertahan untuk mengajar anak- anak untuk menjadi
guru RA waktu itu belum ada PAUD.
Sudah saatnya lah kita mengamalkan kembali ilmu –ilmu dari
sekolah yang kita dapat semasa kecil dulu. Gurulah yang menyebabkan kita semua
mengenal A,B,C…. alif, baa,taa…. 1, 2, 3…dan sebagainya…. Jika bukan dari
seorang guru, maka tidaklah lahir seorang
guru, dokter, orang politik, pegawai-pegawai, pengurus-pengurus dan
berbagai-bagai jenis manusia yang bermula dari tahu membaca dan mengeja. Yang
utama adalah menanamkan ketauhidan Anak mengenal Tuhan. Allah lah Tuhan kita,
Muhammad - lah Nabi kita. Maka,
seharusnyalah kita semua untuk
mengingati dan menghormati semua jasa para Guru.
Memang tidak boleh dinafikan betapa besarnya pengorbanan seorang
guru dalam mendidik anak-anak menjadi orang yang berguna kepada diri, keluarga,
masyarakat, agama dan negara.
Ini adalah tahun ke 22 dalam mengabdi dalam usianya yang ke-
42 th saat ini.
Kadang-kadang kita melihat para guru yang mendidik anak-anak/murid
sehingga ada yang tidak sempat meluangkan masa untuk anak-anak mereka sendiri.
Namun apa yang kita harapkan guru-guru semua ikhlas dalam pengorbanan tersebut.
Yang membuat saya terketuk hati, ada sebuah catatan kecil
yang perlu kita kembali menata niat kita. Yaitu istri menceritakan bahwa tahun
ini sertifikasinya terancam tidak cair. Dengan tersenyum pula aku katakana “
rejeki sudah ada yang mengatur, juga tidak akan tertukar. Kalo memang tahun ini
tidak cair, tidak usah gusar. Insya Allah rejeki lain, nikmat lain kita tidak bisa menghitungnya” kataku, sekaligus
kesepakatan kami untuk selalu ihlas apa yang sudah Allah berikan.
Alasan tidak cairnya sertifikasi tahun ini dikarenan ada
merah merahnya karena cek lock. Meskipun guru lain sudah memberi tahu bahwa si
istri adalah paling disilpin berangkat duluan sebelum guru –guru yang lain
berangkat. Setiap paginya harus merapikan kelas sendiri, sebelum ditempati
murid dan orang tuanya. Dia ceritakan
saat itu alat cek lock sore dibawa guru lain, sehingga melebihi btas jam sampai
disekolahan. Faktor lain karena guru PAUD/ RA selesai mengajar pagi, terkadang
siang atau sore lupa untuk cek lock.
Maaf dalam tulisan ini, saya hanya bertujuan untuk memberi
dukungan untuk selalu semangat serta
keikhlasan kita dalam mengamalkan ilmu kita. Kepada anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa Indonesia
kita tercinta ini. MARI BERJUANG, SEMANGAT
mengisi kemerdekaan ini dengan hal – hal yang bermafaat untuk orang lain
serta Negara.
Insya Allah, Allah pasti akan membalas dengan ganjaran yang
setimpal, semasa di dunia maupun di
akhirat kelak. Keikhlasan itu sangat-sangat penting karena dari ikhlasnya guru
yang mengajar, maka anak-anak didik mendapat ilmu yang berkah. Ilmu yang berkah
inilah yang akan melahirkan anak-anak yang mampu menjadi pelapis muda yang
berilmu, beriman dan bertaqwa.
Justeru, guru-guru perlu sentiasa mendidik jiwa, membetulkan
niat dan mengikhlaskan segala pengajaran dan pengorbanan yang kita lakukan.
Guru-guru juga harus menyadari bahawa selain bertanggungjawab mengajar dan
mendidik, guru juga mengemban amanah
yang berat kerana mereka turut berperanan menbentuk akhlak serta jati diri anak
didik. Guru mempunyai kelebihan dari aspek pengetahuan ilmu psikologi
kanak-kanak dan kepakaran mengajar.
Rasulullah SAW sejak awal sudah mencontohkan dalam
mengimplementasikan kaedah pendidikan yang tepat di mana strategi pengajaran
dan pembelajaran yang baginda lakukan memerhatikan situasi, kondisi dan
karakter seseorang itu, sehingga nilai-nilai murni dapat ditanam dan dijelmakan
dengan baik dalam diri anak didik.
Kami penuh yakin dengan kewibawaan guru-guru dalam
mempersiapkan diri anak didik agar menjadi insan yang cekal dan berupaya
mengharungi tuntutan dan perubahan arus globalisasi dan penuh cobaran ini.
Akhirnya, kami sekali lagi menyeru kepada semua guru supaya
membulatkan tekad dan menguatkan azam/keinginan untuk sama-sama membantu
meningkatkan dan melahirkan anak-anak yang cemerlang dalam bidang agama dan pendidikan.
Adalah menjadi harapan saya, semua guru akan melaksanakan
tanggungjawab dengan penuh dedikasi dan amanah. Khas untuk guru-guru sekalian
dan semua yang bergelar guru…
Penulis :
Agiels sudarmaji, bukan seoarang guru. Tapi merasakan
bagaimana jadi seoarang guru.
Langganan:
Postingan (Atom)