
Rabu, 02 Oktober 2013
Tidak Ada yang Kebetulan

Mencintai Diri Sendiri
Ingatkah kita saat pesawat lepas landas, ada instruksi keselamatan yang meminta agar kita memakai masker oksigen terlebih dahulu baru menolong orang lain? Saya sendiri tidak tahu alasan apa yang melatarbelakangi instruksi tersebut. Saya hanya menekankan pentingnya menjaga dan menyelamatkan diri ketimbang memperhatikan orang lain tapi mengabaikan diri sendiri. Artinya, diri sendiri lebih utama.
Mencintai diri sendiri tidak identik dengan narsisme. Disini saya hanya menekankan melalui perumpamaan, kerap orang lebih suka memperhatikan kebun orang lain tanpa pernah mereka menanamnya. Kita berupaya memenuhi harapan dan kebahagiaan orang lain tapi kita lupa bagaimana upaya sesungguhnya memenuhi harapan dan kebahagiaan diri sendiri.
Kita sibuk memperhatikan bagaimana orang lain harus bersikap, tetapi kita lupa bagaimana sikap kita kepada orang lain.
Apa yang kita perlakukan pada orang lain, sebaiknya perlakukan pada diri sendiri terlebih dulu. Bagaimana kita mau orang lain mencintai kita jika kita tidak mau mencintai diri sendiri?
Mencintai diri sendiri bermakna kita menghargai pribadi yang sesungguhnya, bukan dengan ukuran yang diperhitungkan oleh orang lain. Ingat, setiap orang adalah unik.
Kadang orang yang memperhatikan kebun kita, belum tentu mereka pernah menanam. Nasihat mereka belum tentu mereka terapkan. Mereka hanya iri melihat rumput di kebun kita.
Mencintai diri sendiri berarti bersyukur atas kekuatan dan kelemahan kita.
Hal yang Tidak Dikehendaki

Percaya atau tidak, sebagian besar dari apa yang kita jalani dalam hidup bukanlah kehendak kita. Tuhan punya rencana indah dalam hidup kita, sehingga apa yang kita impikan tidak terjadi.
Pada akhirnya, saat kita merefleksikannya kita menjadi sadar bahwa hal yang tidak kita kehendaki menuju pada kebaikan pribadi kita. Ternyata yang tebaik dalam hidup kita bukan hal yang kita inginkan, tetapi yang kita butuhkan.
Alam punya caranya tersendiri sehingga kita tidak bisa paksakan sesuai keinginan kita. Diri kita pun punya batasan, tidak sepenuhnya kita bisa lakukan apa yang kita mau karena jika keinginan kita yang terjadi namanya egoisme sedangkan jika yang tejadi di luar kehendak kita namanya mujizat.
Sebagaimana yang dikutip berikut: ‘We will understand miracle of life fully when we allow the unexpected to happen.’ Hal yang tidak dikehendaki tejadi karena Tuhan punya kuasa dalam hidup kita.
Kita sadar bahwa kita tidak bisa berpaling dariNya. Pahami hidup niscaya kita akan tahu bahwa mujizat terjadi karena yang terbaik tidak selalu impian kita..
Diam adalah sebuah jawaban
Di dalam hidup, ada kalanya kita tidak bisa menjawab pertanyaan
bahkan mungkin kita tidak perlu menjawab. Sayangnya, jika kita tidak
bisa menjawab, kita dianggap bodoh dan dianggap kalah.
Menjawab yang saya maksudkan disini bukan dalam konteks testing soal akademis atau kepandaian. Tetapi kadang kita dihadapkan pada situasi yang rumit dan membingungkan sehingga jika dijawab akan serba salah.
Di dunia kita diberi berkat ‘kesabaran’ untuk menghadapi orang-orang ‘ajaib’ yang suka menyudutkan orang, ingin menang sendiri, merasa dia punya power atas orang lain dan menganggap nasib orang ditentukan olehnya. Poin terakhir ini perlu disimak mengingat jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan atau debat kusirnya, nasib kita sebagai orang yang kalah, ini contohnya.
Diam bukan berarti kalah. Diam adalah menarik diri, memikirkan yang lebih baik, tidak terpengaruh emosi dan sadar bahwa jawaban tidak perlu kata-kata. Saat diam, kita menyimpan amarah dua kali lipat. Diam berarti kita memberi kesempatan suara hati kita untuk berbicara. Sulit buat setiap orang untuk menjadi pendengar yang baik. Diam adalah syarat buat kita belajar mendengar.
Diam adalah awal dari kebijaksanaan. Hidup tidak selamanya dipenuhi oleh kata dan angka. Kualitas hidup bisa ditentukan saat orang bisa diam ketika situasi pikuk dengan egois dan mau menang sendiri.
Diam tidak berarti kalah.
Diam hanya mencoba membiarkan waktu berbicara tentang kebenaran. Diam adalah puri keheningan dari jawaban tak tentu.
Ada pepatah bijak berpesan, langkah awal dari kebijaksanaan adalah keheningan. Tahap selanjutnya adalah mendengarkan.
Menjawab yang saya maksudkan disini bukan dalam konteks testing soal akademis atau kepandaian. Tetapi kadang kita dihadapkan pada situasi yang rumit dan membingungkan sehingga jika dijawab akan serba salah.
Di dunia kita diberi berkat ‘kesabaran’ untuk menghadapi orang-orang ‘ajaib’ yang suka menyudutkan orang, ingin menang sendiri, merasa dia punya power atas orang lain dan menganggap nasib orang ditentukan olehnya. Poin terakhir ini perlu disimak mengingat jika kita tidak bisa menjawab pertanyaan atau debat kusirnya, nasib kita sebagai orang yang kalah, ini contohnya.
Diam bukan berarti kalah. Diam adalah menarik diri, memikirkan yang lebih baik, tidak terpengaruh emosi dan sadar bahwa jawaban tidak perlu kata-kata. Saat diam, kita menyimpan amarah dua kali lipat. Diam berarti kita memberi kesempatan suara hati kita untuk berbicara. Sulit buat setiap orang untuk menjadi pendengar yang baik. Diam adalah syarat buat kita belajar mendengar.
Diam adalah awal dari kebijaksanaan. Hidup tidak selamanya dipenuhi oleh kata dan angka. Kualitas hidup bisa ditentukan saat orang bisa diam ketika situasi pikuk dengan egois dan mau menang sendiri.
Diam tidak berarti kalah.
Diam hanya mencoba membiarkan waktu berbicara tentang kebenaran. Diam adalah puri keheningan dari jawaban tak tentu.
Ada pepatah bijak berpesan, langkah awal dari kebijaksanaan adalah keheningan. Tahap selanjutnya adalah mendengarkan.
Selasa, 01 Oktober 2013
Langganan:
Postingan (Atom)